Seorang Pandu yang baru saja masuk ke sebuah kapal Dry Cargo dengan GRT 2.000 ton, berdikusi dengan Nahkoda kapal tentang rencanannya untuk pertama kali masuk pelabuhan dari laut lepas melalui sungai yang lebarnya 30 m. selama diskusi pandu belum sadar mengenai type dan performance dari kemudi kapal tersebut, malah yang bersangkutan lebih cenderung memperlihatkan kartu anggota pandunya atau memperhatikan poster - poster yang tertempel di anjungan.
Mendekati muara, haluan kapal diarahkan 355 derajat dengan kecepatan 10 knots, mengarah untuk meninggalkan sebuah tanda bouy luar pada muara sungai sebelah Barat menuju ke pelabuhan yang jaraknya sekitar 10 mil. ketika kapal mendekati bouy luar, kecepatan kapal dikurangi, dan pandu menyarankan kepada kapal agar mulai belok ke arah pelabuhan sehingga kapal masuk ke muara sungai dari laut lepas. Pandu menyarankan kemudi diputar 20 derajat ke kiri agar haluan kapal mengarah 329 derajat yaitu searah dengan axis ( sumbu ) sungai, tetapi nahkoda yang pada saat itu berada di dekat juru mudi salah mendengar dan salah pengertian dengan pandu dan memerintahkan juru mudi untuk memutar kemudi 50 derajat.
Gambar ilustrasi |
Kapal dengan cepat memutar ke kiri dan pandu tidak memperhatikan putaran kemudi sesuai yang diperintahkan oleh nahkoda. Ketika kapal mendekati haluan yang diharapkan, pandu menyarankan kemudi diputar 20 derajat ke kanan untuk mensteady kan kapal, tetapi ini tidak memberikan efek yang segera.
Kemudian pandu menyarankan untuk segera cikar kanan. Meskipun kecepatan beloknya terkurangi, akan tetapi kapal sudah keluar dari trek alur. Mesin kemudian dimundurkan penuh dan bow thruster maksimum ke kanan, tetapi hal ini tidak mencegah kapal secara simultan menyentuh pemecah ombak dan kandas.
Untung kapal dapat lepas dari kandas 5 menit kemudian. Kapal mengalami lubang di bawah garis air di area forepeak dan dua lubang di tangki dasar ganda.
PELAJARAN
1. Mendekati 80 % dari kejadian tubrukan, senggolan dan kandas pada kapal kapal niaga di Inggris terjadi di area pelabuhan atau mendekati sungai. Dalam persentase besar darinya dapat dihindari dengan adanya Manajemen Team Anjungan yang baik
2. Pertama dan kebanyakan, kemampuan seorang pandu atau nahkoda menjadi faktor yang esensial. keduanya berpengalaman dalam hal : nahkoda memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap karakteristik dan organisasi di kapalnya, dan pandu memiliki pengetahuan yang detail terhadap lingkungan lokal. Meskipun terdapat beberapa faktor seperti perbedaan kultur, bahasa dan personalitas, yang kadang juga mempengaruhi dalam pertukaran pengetahuan tersebut, kunci informasi terdapat pada passage plan pandu, kartu pandu di kapal dan poster di anjungan harus tersedia. Bila dokumen ini tidak ada, maka terserah nahkoda atau pandu untuk memintanya, dan kemudian didiskusikan dan dikonfermasi isinya. Waktu yang cukup harus tersedia untuk pertukaran ini, pertukaran yang terburu - buru dan tidak sungguh - sungguh merupakan resep terjadinya kecelakaan.
3. Nahkoda memiliki peran utama dalam memonitor atau mendukung pandu dan memperhatikan anjungan. jika nahkoda mengambil alih kemudi sendirian, maka hal itu telah menghilangkan tameng keselamatan. kapal harus dilengkapi dengan juru mudi yang berkompeten untuk area pemanduan, sehingga nahkoda dan pandu keduanya bebas melaksanakan tugasnya masing - masing. Jika kapal tidak dilengkapi dengan juru mudi yang berkompeten, maka pemanduan harus diambil alih.
4. Ketika mendekati atau saat melewati alur, margin terjadinya kesalahan pada alur sempit sangatlah kecil. untuk itu team anjungan merupakan bagian terpenting, termasuk keberadaan pandu yang bekerja sama untuk menghilangkan kesalahan atau salah pengertian. Hal ini dapat dimungkinkan hanya dengan memverifikasi apakah perintah ke juru mudi telah dimengerti dan dilaksanakan dengan benar, tidak peduli terhadap juru mudi yang berpengalaman. metode tercepat dan terefektif adalah dengan melihat indikator sudut kemudi setelah memerintahkan juru mudi. Hanya dengan memperhatikan dengan seksama dan segera melakukan tindakan koreksi bila diperlukan. Saat haluan kapal sudah berbelok, hal ini seringkali sudah terlambat.
5. Kemudi cikar di alur sempit atau perairan terbatas membutuhkan pertimbangan dan keakurasian yang tinggi. Untuk itu ketika kondisi memungkinkan, sering kali pelaut yang baik akan mengurangi sekecil mungkin perubahan sudut haluan. Hal ini tidak hanya untuk memungkinkan kita dalam mempertimbangkan efek dari angin dan arus pasang surut terhadap kapal, Tapi juga berguna untuk mengurangi kondisi - kondisi kesalahan berbelok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar